FARMAKOLOGI
PENGGOLONGAN
OBAT ANTASIDA
DisusunOleh:
Kelompok 1
AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN
2015
LEMBAR PENGESAHAN
Telah disetujui sebagai
tugas kelompok mata kuliah Farmakologi
dengan judul “Penggolongan Obat Antasida”
Lamongan, 8 April 2015
Dosen Pembimbing
Joko Susanto S.Kep,M.Kes
SUSUNAN ANGGOTA KELOMPOK 1
Ketua : Ajeng Dwi Rahayu Putri 430114007
Anggota : Adhinda Ayu Lestari 430114002
Ahmad Isomudin 430114003
Ananda Nur Yanis 430114010
Ayuni Tyas P. 430114019
Citra Eka Irwadan 430114021
Dany Eko S. 430114022
Dessy Wulandari 430114024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang
telah memberikan hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah
berjudul “Penggolongan Obat Antasida’’
Pada kesempatan ini tak lupa kami menyampaikan
terima kasih kepada :
1. Hj.Supanik,S.Kep.,Ns.,MM.Kes.,M.Kes
Direktur Akademi Keperawatan Lamongan.
2. Joko Susanto
S.Kep,M.Kes selaku dosen pembimbing farmakologi
3. Semua pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan banyak kekurangannya, untuk itu kami mengharapkan masukan demi
sempurnanya makalah kami.
Akhirnya
semoga makalah ini dapat memberikan masukan pengetahuan terkait dengan farmakologi.
Lamongan, 8
April 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL ………………………………………….…………… i
HALAMAN
PENGESAHAN ……………………………………………... ii
NAMA
ANGGOTA KELOMPOK
………………………………………. iii
KATA
PENGANTAR ……………………………………………………. iv
DAFTAR
ISI ……………………………………………………………… v
BAB
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang ………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan
Masalah …………………………………………………… 2
1.3 Tujuan ………………………………………………………………. 3
BAB
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
…………………………………………………………… 4
2.2 Penggolongan Obat
Antasida berdasarkan Mekanisme Kerjanya …………… 4
2.3 Penggolongan
Antasida ………………………………………………… 6
2.4 Macam – macam
Penggunaan Antasida …………………………………….. 7
2.5 Jenis – jenis Antasida
dan karakteristiknya …………………………………. 8
2.6 Nama
dan Struktur ……………………………………………………... 8
2.7 Sifat – sifat
fisikokimia ……………………………………………………... 9
2.8 Macam-macam
Merek Dagang …………………………………………… 10
2.9 Dosis, Cara Pemberian,
dan Lama Pemberian ………………………………. 11
2.10 Indikasi dan
kontraindikasi ………………………………………………… 11
2.11 Farmakologi
………………………………………………………… 12
2.12 Mekanisme Aksi
…………………………………………………………… 13
2.13
Bentuk Sediaan …………………………………………………………….. 13
2.14
Efek Samping ………………………………………………………………. 13
2.15
Interaksi …………………………………………………………………….. 14
2.16 Parameter Monitoring ………………………………………………………. 15
2.17 Peringatan …………………………………………………………………… 16
BAB
3 PENUTUP
3.1
Kesimpulan ………………………………………………………………… 17
3.2
Saran
……………………………………………………………………….. 17
DAFTAR PUSTAKA
……………………………………………………………… 18
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Antasida merupakan basa
lemah yang beraksi dengan HCl lambung akan membentuk garam dan air. Antasida
memiliki kemampuan untuk menetralkan atau menurunkan keasaman isi lambung dan
menurunkan aktivitas pepsin. Mekanisme kerja antasida antara lain sebagai salah
satu obat anti tukak lambung, gangguan pencernaan adalah melindungi lapisan
mukosa dan mengikat garam empedu. Keefektifan suatu dosis antasida tergantung
dari kapasitas totalnya sebagai buffer,
kecepatannya menetralisir HCl, kelarutan air, dan ada atau tidaknya makanan
dalam lambung. Yang termasuk golongan antasida adalah mylanta, Antasida DOEN,
Magasida, Magalat, Promag dan lain-lain. Obat dalam bentuk tablet harus
dikunyah sebeblum ditelan agar lebih cepat berekasi dengan asam lambung.
Antasida ( antacid )
merupakan salah satu pilihan obat dalam mengatasi sakit maag. Antasida
diberikan secara oral ( diminum ) untuk mengurangi rasa perikh akibat suasana
lambung yang terlalu asam, dengan cara menetralkan asam lambung. Asam lambung
dilepas untuk membantu memecah protein. Lambung, usus, dan esophagus dilindungi
dari asam dengan berbagai mekanisme. Ketika kondisi lambung semakin asam
ataupun mekanisme erlindungan kurang memadai, lambung, usus dan esophagus rusak
oleh asam yang memberikan gejala bervariasi seperti nyeri lambung, rasa
terbakar dabn berbagai keluhan saluran cerna lainnya. Antasida penggunaanya
bermacam-macam selain pada tukak lambung, usus juga pada indigesti dan rasa
terbakar., pada reflux oesophagetis ringan dangastritis. Obat ini mampu
mengurangi rasa nyeri di lambung dengan cepat.
Efeknya bertahan 20-60 menit bila
diminum pada perut kosong dan sampai 3 jam bila diminum sesudah makan.
Obat-obat tukak lambung usus setidaknya ada 7 golongan, antara lain :
(1)
Antasida, adalah senyawa magnesium,
alumunium dan bismut, hidrotalsit, kalsium
karbonat dan Na-bikarbonat2.
(2)
Penghambatan asam, diantaranya H2 –
blockers, penghambat pompa-proton, antikolinergik, analogon prostaglandin-E13.
(3) Zat
pelindung mukosa, yaitu sukralfat, al-hidroksida dan bismuth koloidal.
(4) Antibiotika,
antara lain amoksilin, tetrasiklin, klaritromisin, metrodiazol, dan
tinidazo-15.
(5) Obat
penguat motilitas.
(6) Obat
penenang.
(7) Zat-zat
pembantu.
1.2
Rumusan Masalah
(1) Apakah
pengertian antasida ?
(2) Apa
macam-macam penggunaan antasida ?
(3) Apa
jenis – jenis antasida dan karakteristiknya ?
(4) Apa
nama dan struktur antasida ?
(5) Bagaimanakah
sifat-sifat fisikokimia ?
(6) Apa
macam-macam merek dagang ?
(7) Bagaimanakah
dosis, cara pemberian, dan lama pemberian?
(8) Apa
indikasinya ?
(9) Apa
kontraindikasinya ?
(10) Bagaimanakah
farmakologinya ?
(11) Bagaimanakah
mekanisme aksi ?
(12) Bagaimanakah bentuk sediaan ?
(13) Apakah
efek sampingnya ?
(14) Apa
interaksinya ?
(15) Bagaimanakah
parameter monitoring ?
(16) Bagaimanakah
peringatan obat antasida ?
1.3
Tujuan Penulisan
(1) Tujuan Umum
Setelah mengikuti
proses pembelajaran diharapkan mahasiswa dapat memahami tentang Konsep Belajar.
(2) Tujuan Khusus
1)
Menjelaskan pengertian antasida.
2)
Menjelaskan macam-macam penggunaan
antasida.
3)
Menjelaskan jenis – jenis antasida dan
karakteristiknya.
4)
Menjelaskan nama dan struktur antasida.
5)
Menjelaskan sifat-sifat fisikokimia.
6)
Menjelaskan macam-macam merek dagang.
7)
Menjelaskan dosis, cara pemberian, dan
lama pemberian.
8)
Menjelaskan indikasinya.
9)
Menjelaskan kontraindikasinya.
10) Menjelaskan
farmakologinya.
11) Menjelaskan
mekanisme aksi.
12) Menjelaskan
bentuk sediaan.
13) Menjelaskan
efek samping.
14) Menjelaskan
interaksinya.
15) Menjelaskan
parameter monitoring.
16) Menjelaskan
peringatan obat antasida.
BAB
2
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Pengertian
Antasida berasal dari
kata “ anti ” yang berarti “ lawan ” dan acisud yang berarti “ asam ”, sehingga
antasida adalah zat yang berlawanan dengan asam, yaitu basa. Lambung kita
antara lain berisi zat yang bersifa asam yaitu asam klorida. Kondisi asam
lambung akan terganggu apabila keadaan asam tersebut melebihi keadaan normal
atau asam yang ada dalam lambung sangat berlebihan sehingga menyebabkan
gangguan pada lambung. Yang termasuk golongan antasida adalah mylanta, Antasida
DOEN, Magasida, Magalat, Promag dan lain-lain. Obat dalam bentuk tablet harus
dikunyah sebeblum ditelan agar lebih cepat berekasi dengan asam lambung.
2.2
Penggolongan Obat Antasida berdasarkan Mekanisme Kerjanya
(1) Proton
Pump Inhibitor (PPI) atau Penghambat Pompa Proton, seperti namanya obat
antasida golongan PPI bekerja dengan menghambat Produksi asam dengan mengambat
kerja pompa proton contohnya loratadine
(2) Antihistamin
Reseptor 2, Seperti namanya Antihistamin Reseptor bekerja dengan menduduki
reseptor contohnya ranitidin
(3) Menetralisir
Asam, Antasida membantu menetralisir kelebihan produksi asam lambung.
Keefektifan antasida
dibedakan dari tahap reaksi dan kemampuan bertahannya, yang dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Antasida non-metal juga dikembangkan karena antasida yang
mengandung logam dapat menghambat absorpsi banyak obat yang diresepkan,
terutama antibiotik. Antasida murni atau berkombinasi dengan simetikon dapat
digunakan dalam masalah-masalah lambung dan oedema usus 12 jari. Jika antasida
dikonsumsi dalam jumlah besar akan menyebabkan efek laksatif. Beberapa
antasida, seperti aluminium karbonat dan aluminium hidroksida, dapat diresepkan
dengan diet rendah fosfat untuk mengobati sakit hiperfosfatemia (terlalu banyak
fosfat dalam darah). Aluminium karbonat dan aluminium hidroksida dapat
digunakan untuk mencegah pembentukan beberapa batu ginjal. Kerja antasida
adalah berbasis netralisasi. Sebagai contoh, ketika asam bereaksi dengan ion
hidroksida, garam dan air terbentuk melalui persamaan berikut :
HCl (aq) + NaOH (aq) → NaCl
(aq) + H2O
Apabila digunakan natrium bikarbonat
(NaHCO3), maka reaksi akan cepat terbentuk dengan asam lambung untuk
meningkatkan pH lambung. NaCl, CO2 dan H2O terbentuk sebagai hasil reaksi. Satu
gram NaHCO3 dapat menetralisir 11.9 mEq dari asam lambung. Namun, dosis yang
sangat besar dapat menyebabkan urin yang bersifat basa dan mengakibatkan
masalah pada ginjal.
Senyawa kalsium
karbonat dan senyawa kalsium lainnya digunakan secara murni atau berkombinasi
dengan magnesium. Satu gram antasida jenis ini dapat menetralisir 20mEq dari
asam lambung. Senyawa magnesium terdiri dari magnesium oksida (MgO), magnesium
hidroksida (Mg(OH)2) dan magnesium karbonat (MgCO3-Mg(OH)2-3H2O). Mereka
bersenyawa dengan asam lambung dan menghasilkan magnesium klorida dan air. Satu
gram magnesium hidroksida dapat menetralisir 32,6 mEq dari asam lambung.
Senyawa magnesium memiliki kelebihan berupa absorpsi yang kecil, aksi yang
tahan lama dan tidak menghasilkan karbondioksida, kecuali magnesium karbonat.
Namun magnesium klorida menghasilkan efek laksatif sehingga formulasi yang
digunakan umumnya mengandung kalsium karbonat atau aluminium hidroksida juga
untuk mencegah efek ini.
Senyawa aluminium terdiri dari aluminium
hidroksida (Al(OH)3), aluminium karbonat (Al2O3-CO2) dan aluminium glisinat,
yang mengandung aluminium oksida dan asam glisin. Aluminium hidroksida
menghasilkan aluminium klorida dan air. Setiap mililiternya menetralisir 0,4 –
1,8 mEq dari asam lambung dalam jangka waktu 30 menit. Namun jika pH lebih dari
5, maka reaksi netralisasinya tidak berlangsung sempurna. Aluminium hidroksida
memiliki waktu simpan yang lama, namun menyebabkan konstipasi. Oleh karena itu
perlu ditambahkan antasida magnesium.
2.3
Penggolongan Antasida
(1) Antasida
yang dapat diserap
Obat ini dengan segera akan
menetralkan seluruh asam lambung. Yang paling kuat adalah natrium bikarbonat
dan kalsium karbonat, yang efeknya dirasakan segera setelah obat diminum. Obat
ini diserap oleh aliran darah, sehingga pemakaian terus menerus bisa
menyebabkan perubahan dalam keseimbangan asam-basa darah dan menyebabkan
terjadinya alkalosis (sindroma alkali-susu). Karena itu obat ini biasanya tidak
digunakan dalam jumlah besar selama lebih dari beberapa hari.
(2) Antasida
yang tidak dapat diserap
Obat ini lebih disukai karena efek
sampingnya lebih sedikit, tidak menyebabkan alkalosis. Obat ini berikatan
dengan asam lambung membentuk bahan yang bertahan di dalam lambung, mengurangi
aktivitas cairan-cairan pencernaan dan mengurangi gejala ulkus tanpa
menyebabkan alkalosis. Tetapi antasida ini mempengaruhi penyerapan obat lainnya
(misalnya tetracycllin, digoxin dan zat besi) ke dalam darah.
(3) Alumunium
Hidroksida
Merupakan
antasida yang relatif aman dan banyak digunakan. Tetapi alumunium dapat
berikatan dengan fosfat di dalam saluran pencernaan, sehingga mengurangi kadar
fosfat darah dan mengakibatkan hilangnya nafsu makan dan lemas. Resiko
timbulnya efek samping ini lebih besar pada penderita yang juga alkoholik dan
penderita penyakit ginjal (termasuk yang menjalani hemodialisa). Obat ini juga
bisa menyebabkan sembelit.
(4) Magnesium
Hidroksida
Merupakan
antasida yang lebih efektif daripada alumunium hidroksida. Dosis 4 kali 1-2
sendok makan/hari biasanya tidak akan mempengaruhi kebiasaan buang air besar;
tetapi bila lebih dari 4 kali bisa menyebabkan diare. Sejumlah kecil magnesium
diserap ke dalam darah, sehingga obat ini harus diberikan dalam dosis kecil
kepada penderita yang mengalami kerusakan ginjal. Banyak antasida yang
mengandung magnesium dan alumunium hidroksida.
2.4
Macam – macam Penggunaan Antasida
Penggunaan pada antasida ada beberapa
macam, yaitu :
(1) Untuk
tukak Lambung.
(2) Indigasi
(3) Repluk
oesophagitis ringan
(4) Gastritis
(5) Rasa
terbakar pada ulu hati
(6) Sakit
perut
(7) Asam
lambung yang berlebih
(8) Untuk
saluran cerna.
2.5
Jenis – jenis Antasida dan karakteristiknya
Umumnya antasida
merupakan basa lemah yang biasanya terdiri dari zat aktif yang mengandung
alumunium hidroksida, magnesium hidroksida dan kalsium. Terkadang antasida
dikombinasika juga dengan simetikon yang dapat mengurangi kelebihan gas.
Alumunium Hidroksida
Dapat digunakan dalam terapi
hiperfosfatemia (abnormalitas kadar fosfat dalam darah) dengan cara mengikat
senyawaan fosfat disaluran cerna sehingga menghambat proses absorbsinya. Karena
kemampuan ini juga alumunium hidroksida dapat digunakan untuk mencegah
pembentukan batu ginjal.
Calcium
Dapat digunakan pada kekurangan kalsium
seperti osteoporosis posmenopause.
Magnesium Hidroksida
Dapat digunakan pada kasus difesiensi
magnesium.
2.6
Nama dan Struktur
(1) Aluminium
Hydroxide (Al(OH)),
(2) Magnesia
magma, milk of magnesia (MOM), magnesium hydroxide (Mg(OH)2.),
(3) Magnesii
trisilicas,
(4) Magnesii
subcarbonas.
(5) Aluminum
magnesium hydroxide sulfate ((Al5Mg10(OH)31(SO4)2,xH2O.),
(6) Calcii
carbonas( CaCO3 ).
2.7
Sifat – sifat fisikokimia
(1) Gel aluminium hidroksida (USP 29) adalah suspensi
aluminium hidroksida amorf dimana terdapat substitusi sebagian karbonat untuk
hidroksida. Berupa suspensikental berwarna putih dari sejumlah kecil cairan
jernih yang terpisah selama pendiaman, mempunyai pH antara 5,5 dan 8,0. Simpan
dalam wadah tertutup rapatdan hindari pembekuan. Gel kering aluminium
hidroksida (USP 29):bentuk amorf dari aluminium hidroksida dimana terdapat
substitusi sebagian karbonat untuk hidroksida. Mengandung ekivalen dengan tidak
kurang dari 76,5 % Al(OH)3 dandapat mengandung aluminium karbonat dan
bicarbonat basa dalam jumlah yang bervariasi.
1
g gel kering aluminium hidroksida ekivalen dengan 765 mg Al(OH).Merupakan
serbuk amorf yang tidak berasa, tidak berbau, berwarna putih, tidak larut dalam
air dan alkohol, larut dalam asam mineral encer dan dalam larutan alkali hidrosida. Dispersi 4% dalam air
mempunyai pH tidak lebih dari 10,0.simpan dalan wadah tertutup rapat.
(2) USP 29
adalah serbuk putih meruah, praktis tidak larut dalam air, alkohol, kloroform
dan eter. Larut dalam asam-asam encer, simpan dalam wadah tertutup rapat.
(3) Suatu
senyawa dari magnesium oksida dan silikon dioksida dengan proporsi air yang
bervariasi.Mengandung tidak kurang dari 20% magnesiumoksida dan tidak kurang
dari 45% silikon dioksida. Berupa serbuk halus berwarna putih, bebas dari
partikel
(4) Tidak
larut dalam air dan alkohol, segera terurai oleh asam mineral.
(5) Mengandung
ekivalen dengan 40,0%-43,5 % MgO. Berupa serbuk berwarna putihmeruah, tidak
berbau, atau massa rapuh berwarna putih yang ringan. Praktis tidak larut dalam
air dan alkohol. Larut dalam asam encer dan effervescent.
(6) USP 29
adalah merupakan kombinasi alumunium magnesium hidroksida dan sulfa, mengandung
ekivalen dengan 90% - 105% Al5Mg10(OH)31(SO4)2,xH2O dihitung berdasarkan basis
keirng. Berupa serbuk kristalin berwarna putih, tidak berbau, tidak larut dalam
air dan alkohol, larut dalam larutan encer asam mineral, kehilangan 10%-20%
dari beratnya billa dikeringkan pada suhu 200°C selama 24 jam.
(7) USP 29
adalah serbuk mikrokristalin, berwarna putih halus, tidak berbau, praktis tidak
larut dalam air, tidak larut dalam alkohol. Kelarutannya dalam air
ditingkatkandengan adanya karbondioksida atau garam-garam amonium meskipun
keberadaan alkali hidroksida mengurangi kelarutannya.
2.8
Macam-macam Merek Dagang
2.9
Dosis, Cara Pemberian, dan Lama Pemberian
(1) Antasida
Dewasa : oral 600 –
1200 mg antara waktu makan dan sebelum tidur malam.
(2) Hiperfosfatemia
Anak
: 50 – 150 mg/kg/24 jam dalam dosis terbagi tiap 4-6 jam, titrasi dosis sampai
tercapai kadar fosfat dalam rentang normal.
Dewasa,
dosis awal : 300 – 600 mg 3 kali/hari bersama makanan.
(3) Magnesium hidroksida sebagai antasida diberikan
dalam dosis sampai dengan 1 gram per oral. Sebagai laksatif osmotik magnesium
hidroksida diberikan dosis sekitar 2-5 gram per oral.
(4) Dosis sampai dengan sekitar 2 gram
per oral.
(5) Diberikan dengan dosis hingga 500 mg
per oral.
(6) Diberikan dengan dosis sampai dengan 2 gram per
oral. 1 Magaldrate diberikan di antara waktu makan dan malam sebelum tidur.
(7) Dosis sebagai antasida biasanya sampai dengan 1,5
gram per oral. Kalsium karbonat mengikat fosfat dalam saluran cerna untuk
membentuk komplek yang tidak larut dan absorbsi mengurangi fosfat.
2.10
Indikasi dan kontraindikasi
(1) Indikasi
1) Pengobatan hiperasiditas,
hiperfosfatemia.
2) Pengobatan jangka pendek konstipasi dan
gejala-gejala hiperasiditas, terapi penggantian magnesium. Magnesium hidroksida
juga digunakan sebagai bahan tambahan makanan dan suplemen magnesium pada
kondisi defisiensi magnesium.
(2)Kontraindikasi
1) Hipersensitivitas terhadap garam
alumunium atau bahan-bahan lain dalam formulasi.
2) Hipersensitivitas terhadap bahan-bahan dalam
formulasi, pasien dengan kolostomi atau ileostomi, obstruksi usus, fecal
impaction, gagal ginjal, apendisitis.
3) Pada pasien yang harus mengontrol asupan sodium
(seperti gagal jantung, hipertensi, gagal ginjal, sirosis, atau kehamilan)
2.11
Farmakologi
(1) Mula kerja obat
Laksatif
: 4-8 jam. Sekitar 30% ion magnesium
diserap oleh usus halus.
Ekskresi
: urin (sampai dengan 30 % sebagai ion-ion magnesium yang terabsorbsi) ; feses
(obat yang tidak diabsorbsi)
(2) Bila diberikan secara oral bereaksi lebih lambat
dengan HCl di lambung daripada magnesium hiodroksida.
(3) Pada pemberian per oral bereaksi dengan asam
lambung membentuk magnesium klorida yang larut dan karbondioksida.
Karbondioksida dapat menyebabkan kembung atau eruktasi/bersendawa.
(4) Kalsium karbonat diubah menjadi kalsium klorida
oleh asam lambung. Kalsium karbonat juga mengikat fosfat dalam saluran cerna
untuk membentuk komplek yang tidak larut dan mengurangi absorbsi fosfat.
Beberapa dari kalsium diabsorbsi dari usus dan bagian yang tidak terabsorbsi
diekskresikan melalui feses.
2.12
Mekanisme Aksi
(1) Menetralkan HCl dalam lambung dengan
membentuk garam Al(Cl)3 dan H2O.
(2) Magnesium hidroksida per oral bereaksi relatif
cepat dengan HCl dalam lambung menbentuk magnesium klorida dan air. Magnesium
hidroksida juga mengosongkan usus dengan menyebabkan retensi osmotik cairan
yang mengembangkan kolon dengan aktivitas peristaltik yang meningkat.
(3) Bila diberikan secara oral bereaksi lebih lambat
dengan HCl di lambung daripada magnesium hiodroksida.
(4) Pada pemberian per oral bereaksi dengan asam
lambung membentuk magnesium klorida yang larut dan karbondioksida.
2.13
Bentuk Sediaan
Kaplet 200 mg, Tablet 200 mg, 250 mg,
300 mg, 325 mg, 400 mg; Tablet Kunyah250 mg, 300 mg, 400 mg, 500 mg; Suspensi
200 mg/5 ml, 250 mg/5 ml, 300 mg/5ml, 325 mg/5 ml, 400 mg/5 ml
2.14
Efek Samping
(1) Gastrointestinal : konstipasi, kram lambung,
fecal infaction, mual, muntah, perubahan warna feses (bintik-bintik putih).
Endokrin dan metabolisme (hipofosfatemia, hipomagnesemia).
(2) Kardiovaskuler (hipotensi),
Endokrin dan metabolism (hipermagnesemia. Gastrointestina) diare, kram perut.
Neuromuskuler dan skeletal (kelemahan otot). Pernapasan (depresi pernapasan).
(3) Kadang-kadang menyebabkan konstipasi, kembung
akibat pelepasan karbondioksida pada beberapa pasien. Dosis tinggi dan
penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan hipersekresi lambung dan kembalinya
asam (acidrebound). Kalsium karbonat dapat menyebabkan hiperkalsemia, khususnya
pada pasien dengan gangguan ginjal atau pada pemberian dengan dosis tinggi.
Alkalosis dapat juga terjadi akibat absorpsi ion karbonat.
(4) Efek samping lain (1-10% paisne) : bengkak, CHF,
hipertensi, takikardi, aritmia,hypotensi, miocardial infark, demam,
infeksi,sepsis, perubahan berat badan, asma,sindrom seperti flu,hipergikemi,
hipoglikemi, pneumonia, depresi pernafasan.
2.15
Interaksi
(1) Dengan obat lain
1) Alumunium hidroksida dapat mengurangi absorbsi
allopurinol, efek antibiotik (tetrasiklin, kuinolon, beberapa sefalosporin),
turunan bifosfonat, kortokosteroid, siklosporin, garam-garam besi,
antifungiimidazol, isoniazid, penisilamin, suplemen fosfat, fenitoin, fenotiazin.
Absorbsi alumunium hidroksida dapat dikurangi oleh turunan asam sitrat.
2)
Menurunkan absorbsi tetrasiklin, digoskin, garam-garam besi, isoniazid,
atau kuinolon.
3) Kalsium
karbonat berinteraksi dengan banyak karbon karena mengubah pH asam lambung dan
pengosongan lambung dengan pembentukan kompleks yang tidak diabsorbsi.
Interaksi dapat diminimalisasi melalui pemberian terpisah kalsium karbonat dari
obat lainnya selama 2-3 jam.
(2) Terhadap kehamilan
1) Kategori C. Tidak ada data yang tersedia mengenai
efek klinis pada fetus., bukti yang ada saat ini menyatakan ama digunakan
selama kehamilan dan menyusui.
2) Kategori B
(3) Terhadap anak-anak
Dosis
magnesium – alumuninium hidroksida 0,5 ml/kg direkomendasikan untuk infant
dengan refluks. Berdasarkan monitoring pH intragastrik serial, hasil terbaik
diperoleh bila antasida diberikan sebelum dan sesudah asupan formula.
(4) Terhadap hasil laboratorium
1) Mengurangi kadar fosfatanorganik.
2) Meningkatkan magnesium, menurunkan
protein, kalsium ; menurunkan kalium.
2.16
Parameter Monitoring
Efek terapetik, heartburn: perbaikan
gejala-gejala disfagia, odinofagia, batuk , sakit kerongkongan, nyeri dada non
kardiak, regurgitasi, mual, nafsu makan menurun, indigesti, bersendawa. Efek
toksik adalah konstipasi (terutama akibat garam-garam alumunium dan kalsium)
atau diare (terutama akibat garam-garam magnesium. Kadar alumunium, kalsium,
dan magnesium pada pasien dengan gangguan ginjal berat; sesuai kebutuhan,
elektrolit dalam urine, darah dan pH untuk menunjukkan kemungkinan alkalosis.
2.17
Peringatan
1) Hiperfosfatemia dapat terjadi pada penggunaan
jangka lama atau dosis besar; intoksikasi aluminium dan osteomalasia dapat
terjadi pada pasien dengan uremia. Gunakan hati-hati pada pasien gagal jantung
kongesti, gagal ginjal, edema, sirosi diet rendah natrium, serta pada pasien
yang baru saja mengalami perdarahan saluran cerna. Pasien uremia yang tidak
menerima dialisis dapat mengalami osteomalasia dan osteoporosis akibat
deplesifosfat.
2) Hati-hati digunakan pada pasien dengan gangguan
ginjal berat (khususnya bila dosis.50 mEq magnesium/hari). Hipermagnesemia dan
toksisitas dapat terjadi akibat penurunan klirens ginjal dari magnesium yang
diabsorbsi.penurunan fungsi ginjal ( ClCr<30 ml/menit ) dapat menyebabkan
toksisitas.
BAB
3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Antasida sebagai salah
satu anti tukak lambung adalah obat sering digunakan untuk mengatasi/ mengobati
tukak lambung. Obat ini banyak dipakai yang kita ketahui dari banyaknya merk dagang
obat antasida ini dengan beberapa bebtuk sediaan. Oleh karena itu, bagi kita
perlu mengetahui dengan baik mengenai penggunaan obat ini, baik itu cara kerja,
efek samping dari penggunaannya, indikasi, kontraindikasi, interaksi dari obat
lain dan hal penting yang harus kita
ketahui. Makalah ini menjelaskan tentang farmakologi dari obat antasida sebagai
anti tukak lambung dan hal terakhir yang perlu diingat adalah cara penggunaan
obat yang efektif, efek terapeutik dan efek samping obat serta penyimpanan obat
ini.
3.2
Saran
Penggunaan antasida
dalam pengobatan jangan terlalu berlebihan, harus sesuai dengan dosis yang
telah ditetapkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Pratiwi.2013.Antasida
Sebagai Obat Tukak Lambung http://pratiwizreni.blogspot.com
/2013/11/antasida-sebagai-obat-tukak-lambung.html,
08-04-2015 11:30
/09/penggolongan-dan-mekanisme-kerja-obat.html,
08-04-2015 11:35